Zuhud
Membina manusia
berkwalitas yaitu membina
akhlaq, dan sebagian akhlaq ialah sikap zuhud; dan zuhud itu sikap tidak
mencintai harta ataupun mendewakan pangkat/jabatan. Dengan demikian, manusia
menjadi beradab. Dan dalam masyarakat beradab akan terjalin persatuan dan
kesatuan. Dan persatuan itu membuat negara menjadi kuat.
Hanya ingatan kepada Allah yang
dapat menghalau segala galau.
Hanya ingatan kepada Allah yang dapat menyelipkan
rasa aman.
Kepada Allah selalu beriman,
hilang semua beban. Hidup tanpa keinginan, melenyapkan penderitaan.
Terimalah kesulitan, agar Anda
pandai bersyukur dalam kemudahan.
Jangan gelisah. Jauhilah gelisah
itu, karena dia penjajah. Ciptakan ketenangan dengan mengingat dan mencintai
Allah, banyak-banyaklah mengingat asma Allah.
Untuk melakukan daur ulang
kemanusiaan dan mengembalikan manusia-manusia menjadi hamba-hamba Allah yang
baik, perlu sekali ditausiyahkan kepada masyarakat hal-hal sebagai berikut:
1.
Memutuskan kesyirikan kepada benda.
Ibadah maupun zikir karena iman,
dan iman itu bertumpu kepada Allah saja; baik itu ibadah perbuatan maupun
pikiran. Banyak memikirkan selain Allah merupakan syirik yang tidak terasa.
Tunjukkan kesetiaan Anda kepada
Allah dengan memperbanyak ingatan kepada Allah.
2. Tidak mencintai harta.
Segala benda,
tumbuhan hewan diciptakan Allah untuk kita. Dan kita bukan untuk benda, diri
kita untuk menuhankan Allah. Ingat, Allah
yang menciptakan dan membesarkan kita dengan rahim-Nya. Allah berhak untuk
disembah dan kita mempunyai hak untuk menyembah-Nya
3.
Orientasi berpikir ke masa depan.
Dunia penting sebagai sarana atau
jembatan menuju rumah abadi di akhirat. Boleh membuat jembatan dari besi
ataupun emas, tapi sadarlah, tidak ada orang yang mau menetap atau tidur di
jembatan. Jembatan adalah jembatan, pasti dilalui. Walaupun terbuat dari emas,
janganlah dicintai karena ia hanyalah sarana. Kampung halaman kita adalah rumah
abadi di akhirat.
4.
Mempunyai sikap “itsar”.
Itsar adalah sikap mementingkan
saudaranya lebih dari dirinya sendiri, dan mengutamakan saudaranya lebih dari
dirinya sendiri.
Dalam sejarah, sikap itsar ini
pernah dilakukan oleh kaum Anshar, mereka itsar terhadap kaum Muhajirin.
Kolom Komentar